Senin, 23 November 2009

MINI MART MERAJALELA




Seperti yang kita semua ketahui, keberadaan minimart seperti Alfamart , Indomart, Yomart, Circle K dan lainnya sangat membantu siapapun dalam pemenuhan kebutuhan seperti makanan ringan, alat tulis, alat mandi dan apapun nampaknya ada di minimart tersebut. Apalagi saat ini keberadaan minimart tersebut sudah sangat banyak tersebar diberbagai sudut kota. Bukan lagi menjadi pemandangan yang asing, bila dalam 1 wilayah pemukiman misalnya ada Indomart dan dalam selisih 5-7meter disampingnya terdapat Alfamart atau Circle K. begitu pula dengan keberadaanya di kota Bandung, minimart-minimart tersebut banyak tersebar didaerah pemukiman kost-kostan yang memudahkan bagi anak kost atau mahasiswa itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan mereka. Tapi ada yang disayangkan dari tersebarnya keberadaan minimart tersebut di berbagai wilayah, yaitu dengan dijualnya alat kontrasepsi (kondom) separti sutra dan fiesta serta minuman beralkohol seperti vodka mix max secara bebas. Vodka mix max itu sendiri dijual dengan pengiklanan embel-embel bebas alkohol, namun efek setelah meminum vodka mix max itu sendiri adalah pusing-pusing atau bahkan bisa hilang kesadaran. Yang lebih memprihatinkan lagi ialah, ada 1 cabang Alfamart yang sedang melakukan promo untuk produk kondom itu sendiri yang harganya hanya Rp. 5.500,-. Itu merupakan harga yang sangat terjangkau, hal ini justru lebih memudahkan dalam pendapatan barang yang tidak baik tersebut. Dan untuk vodka mix max, produk tersebut juga diletakan dilemari pendingin yang dapat ditemukan oleh siapapun dengan sangat mudah. Dengan warna vodka mix max yang berwarna-warni membuat konsumen menjadi tertarik. Apalagi dengan tulisan dikemasan vodka mix max bahwa minuman tersebut non-alkohol. Tapi pada kenyataannya tidak demikian.Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi atau mengatisipasi masalah ini ialah pihak pengelola minimart tersebut tidak sembarangan dalam mengadakan promo terhadap barang-barang yang tidak lazim. Dan untuk vodka mix max juga sebaiknya tidak di letakan di lemari pendingin yang dapat di lihat oleh siapa saja, jadi dengan maksud boleh lah pihak minimart tersebut menyetok kondom dan minuman beralkohol, namun tidak untuk di pajang. Jadi, orang yang ingin membeli produk tersebut harus meminta izin dahulu dengan pihak yang bertanggung jawab dalam minimart tersebut, dan pihak minimart juga jangan sampai salah menjual produk tersebut kepada orang yang salah, jadi bila misalnya ada yang ingin membeli sebaiknya periksalah KTP (kartu pengenal lainnya) agar dapat diketahui usia konsumen tersebut. Dan bias juga dilakukan dengan penandatangan surat keterangan yang berisikan alamat dan nomor telepon orang tua. Karena teman saya pernah mengalami hal ini, ketika ia sedang merasa amat tertekan oleh keadaan yang jauh dari orang tua, karena ia kuliah di Bandung dan di samping kostannya tersebut adalah Alfamart yang menyediakan vodka mix max di dalamnya, dengan iseng-iseng ia membeli dan meninumnya, alhasil ia jadi pusing-pusing dan 3 hari tidak nafsu makan hingga akhirnya masuk rumah sakit untuk di opname. Berawal dari vodka mix max yang hanya berharga Rp.11.5000,- dapat menimbulkan masalah yang berujung dengan harga ratusan ribu rupiah. Dan karena Alfamart tersebut berada di samping kostan setiap ada masalah ia selalu berkeinginan untuk membeli vodka mix max.

Haruskah tunas bangsa generasi penerus ini tercemar oleh barang-barang yang tidak penting seperti itu, karena hasrat untuk membeli itu bukan hanya muncul karena adanya keinginan namun juga karena danya kesempatan, coba saja bayangkan bila dalam mendapat barang-barang itu harus dilalui dengan cara yang sulit, konsumen yang hanya iseng-iseng untuk mencicipi bagaimana rasanya juga jadi malas untuk mengurusinya. Hal ini hanya sebagai kecil contoh dari adanya kebebasan dalam transaksi jual beli, hal ini hanya dari 1 contoh kejadian di satu minimart, bagaimana dengan minimart-minimart dicabang lain, di tempat lain, ratusan bahkan ribuan cabang minimart itu tersebar di seluruh pelosok Indonesia, haruskah kebebasan yang seharusnya memudahkan segala kondisi agar bias menjadi lebih baik malah jadi meperburuk keadaan.

 

Marilah kita perangi bersama alat-alat yang dapat merusak moral dan perilaku anak bangsa Indonesia.  Anak bangsa yang hebat itu bukan yang mabuk-mabukan, anak bangsa yang keren itu bukan yang sudah sering “ml”. tapi anak bangsa yang baik adalah anak bnagsa yang berani mengeluarkan pendapat dan merubah sesuatu kearah yang lebih baik. Lebih baik terlambat, lebih baik perlahan dari pada tidak sama sekali.


 

2 komentar:

Unknown mengatakan...

mix-max enak tau...
cobain ajah....hahahha....

klo sutra gw mah gax tertarik...wkwkwkwkwk

Ois Chanel mengatakan...

The composition of the shares of issuers of Alfamart minimarket outlets has now changed. This is in line with the emergence of the name of individual investor in HC Alfamart , Jonathan Chang as the shareholder of PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT).

As of May 26, 2020 Jonathan Chang controlled 2,545,228,500 shares of Alfamart. The amount is equivalent to 6.13% of paid up capital and fully placed in AMRT. As a reference, as of May 20, 2020 the name Jonathan Chang has not yet appeared as an investor with a share ownership above 5%, based on data from the Indonesian Central Securities Depository (KSEI).

KONTAN has not been able to confirm some information to Jonathan Chang.

So far there is no complete information about Jonathan Chang's identity and background. He is only known as a local investor whose address is in Kebayoran Lama, South Jakarta about Capital Alfamart

Also Read: HMSP, AMRT, MIDI, SSIA and DSNG will pay dividends after Lebaran, note the full schedule What is clear, as Jonathan Chang entered, PT Sigmantara Alfindo's ownership of AMRT shares remained unchanged.

The controlling shareholder of AMRT still controls 51.52% of Alfamart shares. Thus, it is very likely that Jonathan Chang bought up AMRT shares from the hands of investors whose minority share ownership.

Because, before he entered, Sigmantara Alfindo was the only investor in AMRT with ownership of more than 5%. Another thing, on May 26, 2020 there were no large transactions that took place on AMRT shares.

Crowded in negotiations

However, if the transaction data is withdrawn from March 24, 2020 to May 26, 2020, a large accumulation of transactions takes place in the negotiating market.

The total number of shares traded was 202,854,078 shares valued at Rp 170.5 billion. PT UBS Sekuritas Indonesia was recorded as the largest brokerage broker in this period.

UBS became a broker of 115,541,500 shares crossing transactions. With an average price of Rp 822 per share, the total transaction value reaches Rp 95 billion. Also Read: Alfamartku network managers benefit trillions of rupiah in 2019

Oh yes, March 24, 2020 was used as a benchmark because on that date AMRT's share price was at its lowest point since May 25, 2018. AMRT's own share price has gone up quite recently.

From March 24, 2020 to May 28, 2020 the share price has jumped 45.60% to the level of Rp 910 per share.